Kategori: Majalah AsySyariah Edisi 037
‘Umar bin Abdul ‘Aziz Radhiallahu ‘anhu berkata:“Barangsiapa beranggapan perkataannya merupakan bagian dari perbuatannya (niscaya)
menjadi sedikit perkataannya, kecuali dalam perkara yang bermanfaat baginya.”
‘Umar bin Qais Al-Mula’i Radhiallahu ‘anhu berkata:
Seseorang melewati Luqman (Al-Hakim) di saat manusia berkerumun di sisinya. Orang
tersebut berkata kepada Luqman: “Bukankah engkau dahulu budak bani Fulan?” Luqman
menjawab: “Benar.”
Orang itu berkata lagi, “Engkau yang dulu menggembala (ternak) di sekitar gunung ini dan
itu?” Luqman menjawab: “Benar.”
Orang itu bertanya lagi: “Lalu apa yang menyebabkanmu meraih kedudukan sebagaimana
yang aku lihat ini?” Luqman menjawab: “Selalu jujur dalam berucap dan banyak berdiam
dari perkara-perkara yang tiada berfaedah bagi diriku.”
Abu ‘Ubaidah meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Bashri Radhiallahu ‘anhu bahwasanya beliau berkata:
“Termasuk tanda-tanda berpalingnya Allah dari seorang hamba adalah Allah
menjadikan kesibukannya dalam perkara-perkara yang tidak berguna bagi dirinya.”
Sahl At-Tusturi Rahimahullahu berkata:
“Barangsiapa (suka) berbicara mengenai permasalahan yang tidak ada manfaatnya niscaya
diharamkan baginya kejujuran.”
Ma’ruf Rahimahullahu berkata: “Pembicaraan seorang hamba tentang masalah-masalah yang tidak
ada faedahnya merupakan kehinaan dari Allah (untuknya).”
(Jami’ul ‘Ulum wal Hikam 1/290-294)
No comments:
Post a Comment