Translate this blog

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Friday, 12 October 2012

Munculnya Ad-Dukhan

Munculnya asap pada akhir zaman merupakan salah satu tanda kiamat besar yang ditunjukkan oleh dalil Al-Kitab dan As-Sunnah. Dalil-dalil tentang hal ini dari Al- Qur`an adalah:
“Maka tunggulah hari ketika langit membawa asap yang nyata, yang meliputi manusia. Inilah adzab yang pedih.” (Ad-Dukhan: 10-11) Maknanya, tunggulah orang-orang kafir itu –wahai Muhammad – pada hari di mana langit mendatangkan asap yang nyata lagi jelas, yang menutupi serta meliputi manusia. Ketika itu, dikatakan kepada mereka: “Inilah adzab yang pedih”, sebagai celaan dan cercaan keras terhadap mereka. Atau sebagian mereka mengucapkan kalimat ini kepada yang lain.

Tentang apa yang dimaksud dengan ad-dukhan ini, apakah sudah terjadi atau merupakan tanda yang masih ditunggu terjadinya, ada dua pendapat ulama:
1. Ad-dukhan ini adalah apa yang menimpa kaum Quraisy berupa kesempitan hidup dan kelaparan yang terjadi ketika Nabi sallallahu’alaihiwassallam mendoakan kejelekan bagi mereka karena tidak mau memenuhi dakwah beliau. Mereka melihat sesuatu seperti asap di langit.
Pendapat inilah yang dipegang Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, dan diikuti sekelompok salaf. Beliau radhiallahu’anhu berkata: “Ada lima perkara yang telah berlalu: Al-lizam2, Romawi, albathsyah, bulan, dan asap.” Ketika seorang lelaki dari Kindah berbicara tentang ad-dukhan: “Sesungguhnya ad-dukhan akan datang (menjelang) hari kiamat, mengambil pendengaran dan penglihatan orang-orang munafiq,” marahlah Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu. Beliau berkata: “Barangsiapa yang berilmu, berbicaralah. Dan barangsiapa yang tidak berilmu, ucapkanlah: ‘Allah lebih tahu.’ Karena mengucapkan ‘Aku tidak tahu’ ketika memang tidak tahu merupakan bagian ilmu. Allah subhanahuwata’ala berkata lepada Nabi-Nya:
“Katakanlah (hai Muhammad): ‘Aku tidak meminta upah sedikitpun kepadamu atas dakwahku; dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan’.” (Shad: 86)
Sesungguhnya Quraisy senantiasa mengulur-ulur waktu untuk masuk Islam, maka Nabi Sallallahu’alaihiwassallam mendoakan kejelekan bagi mereka. Beliau Sallallahu’alaihiwassallam berkata:
اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَيْهِمْ بِسَبْعٍ كَسَبْعِ يُوسُفَ
“Ya Allah, tolonglah aku atas mereka dengan tujuh (tahun) sebagaimana tujuh (tahun paceklik) Yusuf.” Maka mereka dihukum satu tahun hingga binasa, memakan bangkai dan tulang, dan seseorang bisa melihat sesuatu seperti asap di antara langit dan bumi.”3 Pendapat ini dikuatkan oleh Ibnu Jarir Ath-Thabari, kemudian beliau mengatakan: “Karena Allah –yang Maha Mulia pujian- Nya– mengancam musyrikin Quraisy dengan
asap, dan bahwa firman-Nya kepada Nabi- Nya Muhammad sallahu’alahiwassallam:
“Maka tunggulah hari ketika langit membawa asap yang nyata.” (Ad-Dukhan:10) berada pada konteks pembicaraan Allah subhanahuwata’ala terhadap orang-orang kafir Quraisy, dan cercaan-Nya terhadap kesyirikan mereka terhadap-Nya, dengan firman-Nya:
“Tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menghidupkan dan Yang mematikan. (Dialah) Rabbmu dan Rabb bapak-bapakmu yang terdahulu. Tetapi mereka bermain-main dalam keraguraguan.” (Ad-Dukhan: 8-9)
Kemudian Allah l meneruskannya dengan firman-Nya kepada Nabi-Nya sallallahu’alaihiwassallam:
“Maka tunggulah hari ketika langit membawa asap yang nyata.” (Ad-Dukhan:10) yang merupakan perintah kepada beliau Sallallahu’alaihiwassallam untuk bersabar, hingga datang adzab-Nya kepada mereka. Hal ini juga merupakan ancaman bagi kaum musyrikin. Hal itu merupakan ancaman bagi mereka, maka Allah subhanahuwaa’ala timpakan kepada mereka. Ini lebih dekat (kepada kebenaran) daripada Allah subhanahuwata’ala tunda lalu Dia timpakan kepada selain mereka.4
2. Asap ini merupakan salah satu tanda yang masih ditunggu, dan belum terjadi. Hal ini akan terjadi mendekati datangnya hari kiamat. Pendapat inilah yang dipegang Ibnu ‘Abbas dan sebagian sahabat dan tabi’in. Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abdullah bin Abi Mulaikah5, dia berkata: “Suatu hari, aku bersama Ibnu Abbas di waktu pagi. Dia berkata: ‘Aku tidak tidur tadi malam hingga subuh.’ Aku bertanya: ‘Mengapa?’
Dia berkata: ‘Mereka mengatakan, bintang Dzu Dzanbin telah terbit. Aku khawatir ad-dukhan telah muncul, maka aku tidak tidur hingga subuh’.” Ibnu Katsir berkata: “Ini adalah sanad yang shahih sampai kepada Ibnu Abbas habrul ummah, penerjemah Al-Qur`an. Dan begitu pula pendapat orang yang menyepakatinya dari kalangan sahabat dan tabi’in seluruhnya, bersamaan dengan adanya hadits-hadits yang shahih maupun hasan dan selainnya… yang mengandung kecukupan dan dalil yang jelas bahwa addukhan adalah salah satu tanda yang belum terjadi, dan sekaligus juga itulah dzhahir Al-Qur`an. Allah subhanahuwata’ala berfirman: “Maka tunggulah hari ketika langit membawa asap yang nyata.” (Ad-Dukhan:
10)
Maksudnya, yang nyata dan jelas, bisa dilihat semua orang. Adapun yang ditafsirkan Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu itu adalah bayangan yang dilihat mata mereka karena lapar dan kesengsaraan yang sangat. Begitu pula firman-Nya:“Yang meliputi manusia.” (Ad-Dukhan: 11) Maksudnya, menutupi dan mencakup mereka. Kalaulah hal itu suatu bayangan yang hanya dilihat penduduk musyrikin Makkah, tentu Allah subhanahuwata’ala tidak akan berfirman “yang meliputi manusia.” Dan disebutkan dalam Ash-Shahihain bahwa Rasulullah sallallahu’alaihi wassallam berkata kepada Ibnu Shayyad: “Aku menyembunyikan sesuatu untukmu.” Dia berkata: “Ad-Dukh.” Beliau sallallahu’alaihi wassallam bersabda: “Tetaplah di tempatmu. Engkau tidak akan melampaui batasmu.” Nabi sallallahu’alaihi wassallam menyembunyikan terhadapnya:“Maka tunggulah hari ketika langit membawa asap yang nyata.” (Ad-Dukhan:10)
Dalam hadits ini ada dalil ad-dukhan adalah sesuatu yang belum terjadi dan masih ditunggu, karena Ibnu Shayyad adalah seorang Yahudi Madinah. Padahal kisah ini tidaklah terjadi kecuali setelah beliau hijrah ke Madinah. Selain itu, hadits-hadits shahih menyebutkan bahwa ad-dukhan merupakan tanda-tanda kiamat yang besar, sebagaimana akan dijelaskan. Adapun penafsiran Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu, itu merupakan ucapan beliau saja. Dan sesuatu yang marfu’ (diriwayatkan sampai kepada Nabi sallallahu’alaihi wassallam) didahulukan atas setiap yang mauquf (diriwayatkan sampai kepada sahabat)….
Sebagian ulama mengompromikan riwayat-riwayat ini dengan menyatakan bahwa itu adalah dua asap. Salah satunya sudah terjadi, sedangkan yang kedua –yang muncul menjelang hari kiamat– belum. Yang sudah muncul adalah yang dilihat oleh bangsa Quraisy layaknya asap, namun bukan asap hakiki, yang terjadi ketika munculnya tanda-tanda hari kiamat.
Al-Qurthubi t berkata: “Mujahid rahimahullahu berkata: ‘Ibnu Mas’ud radhiallahuanhu dahulu berkata: Itu adalah dua asap. Salah satunya telah terjadi. Adapun yang belum terjadi, asapnya akan memenuhi antara langit dan bumi. Asap itu akan menyebabkan seorang yang beriman akan terkena semacam selesma (flu), sedangkan orang kafir akan tembus pendengarannya’.”
(Diambil dari Asyrathus Sa’ah, hal.383-388)
Catatan Kaki:
1 Tafsir Al-Qurthubi (16/130), Tafsir Ibnu Katsir (7/235-236).
2 Yaitu yang disebutkan dalam surat Al-Furqan ayat 77:
“Padahal kalian sungguh telah mendustakan-Nya? Karena itu kelak (adzab) pasti (menimpa kalian).”
Yakni akan terjadi adzab yang pasti, yang membinasakan mereka sebagai buah dari pendustaan mereka. Yang dimaksud di
sini adalah pembunuhan dan penawanan terhadap kaum kafir Quraisy ketika perang Badr. Lihat Tafsir Ibnu Katsir (6/143
dan 305), Syarh Shahih Muslim karya An-Nawawi (17/143).
3 Shahih Al-Bukhari, Kitabut Tafsir, Surat Ar-Rum (8/511, bersama Al-Fath) dan Bab Yaghsyan Nas Hadza Yaumun ‘Azhim (8/571, bersama Al-Fath), Shahih Muslim, Kitab Shifatul Qiyamah wal Jannah wan Nar, Bab Ad-dukhan (17/140-141,bersama Syarh An-Nawawi).
4 Tafsir Ath-Thabari (25/114).
5 Dia adalah Abdullah bin Ubaidullah bin Abi Mulaikah Zuhair bin Abdillah bin Jad’an At-Taimi Al-Makki, salah seorang hakim dan muadzin pada pemerintahan Ibnuz Zubair. Dia meriwayatkan dari Abdullah yang empat. Dia seorang yang tsiqah dan banyak haditsnya, meninggal tahun 117 H. Lihat Tahdzibut Tahdzib (5/306-307).

No comments: