Kategori: Majalah AsySyariah Edisi 033
(ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Abdillah Abdurrahman Mubarak)Hal-hal gaib dalam Islam senantiasa menjadi sasaran tembak orang-orang yang memuja akal atau yang menyimpan bara kedengkian untuk menghancurkan Islam. Termasuk dalam hal ini adalah eksistensi Dajjal. Maka, hanya senjata keimananlah yang mampu menghadang syubhat-syubhat mereka.
Beriman akan keluarnya Dajjal merupakan kewajiban bagi setiap muslim, karena hal ini termasuk dalam makna iman
kepada hari akhir. Hadits-hadits yang berkaitan dengan masalah Dajjal
adalah hadits mutawatir sebagaimana ditegaskan para ulama ahlul hadits
di antaranya Ibnu Katsir, Al-Hafizh Ibnu Hajar, Al-Imam Asy-Syaukani,
dan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahumullah. Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-‘Utsaimin t berkata: “Keluarnya Dajjal adalah pasti berdasarkan
As-Sunnah dan ijma’.” (Syarh Lum’atul I’tiqad)
Al-Imam Ibnu Zamanin t menyatakan: “Ahlus Sunnah mengimani akan
keluarnya Dajjal, mudah-mudahan Allah l melindungi engkau dari
fitnahnya.”
Inilah keyakinan Ahlus Sunnah wal Jamaah. Tidak ada yang
mengingkari akan keluarnya Dajjal kecuali ahlul ahwa atau orang yang
jahil (awam). Al-Imam Al-Qurthubi t berkata: “Iman tentang adanya dan
akan keluarnya Dajjal adalah haq. Ini merupakan madzhab Ahlus Sunnah dan
semua ahlul fiqih dan hadits. Berbeda dengan yang mengingkarinya dari
kalangan Khawarij dan Mu’tazilah….” (At-Tadzkirah hal. 552)
Al-Hafizh Ibnu Hajar t berkata (setelah membawakan hadits-hadits
tentang Dajjal): “Sebagian Khawarij, Mu’tazilah, dan Jahmiyah telah
menyelisihi masalah ini. Mereka mengingkari adanya Dajjal dan menolak
hadits-hadits yang shahih.” (Fathul Bari)
Dari sini jelaslah bahwa orang-orang terdahulu yang mengingkari
akan keluarnya Dajjal adalah ahlul bid’ah dari kalangan Jahmiyah,
Khawarij, dan Mu’tazilah.
Di masa sekarang ini juga muncul orang-orang yang mengingkari
Dajjal sebagai sosok yang akan keluar di akhir zaman. Mereka mengikuti
kesesatan pendahulu mereka. Ada yang mengingkarinya dengan alasan
haditsnya ahad. Sebagian lagi menakwilkan hadits-hadits tentang Dajjal
sesuai hawa nafsu mereka. Di antara yang mengingkarinya adalah Muhammad
Abduh. Dia berkata: “Dajjal hanyalah rumuz (simbol) bagi perkara
khurafat, kedustaan, dan kejelekan….” (Tafsir Al-Manar, sebagaimana
dinukil oleh Dr. Ahmad Sa’d Hamdan dalam Tahqiq Ushul I’tiqad Ahlus
Sunnah)
Asy-Syaikh Al-Albani t berkata: “Yang mengherankan, takwil yang
dilakukan Muhammad Abduh ini justru didahului oleh seorang yang mengaku
nabi (Mirza Ghulam Ahmad Al-Qadiyani Al-Hindi, ”nabi”-nya aliran
Ahmadiyah). Dia ulang-ulang takwil seperti ini di dalam kitab-kitab dan
risalahnya.” (Lihat Qishshatu Masihid Dajjal wa Nuzul ‘Isa, karya
Asy-Syaikh Al-Albani t)
Syubhat Ahlul Bid’ah
Asy-Syaikh Al-Albani t menyimpulkan, syubhat mereka yang mengingkari Dajjal secara global tersimpulkan dalam dua hal:
1. Tasykik (meragukan dan membuat keraguan) akan shahihnya
hadits-hadits tentang keluarnya Dajjal, sebagaimana dilakukan oleh
Mahmud Syaltut dan Muhammad ‘Abduh. Juga Al-Maududi yang menyatakan
keluarnya Dajjal hanyalah zhan (dugaan).
2. Menakwil dan men-ta’thil (menolak) nash-nash yang ada. Ketika
mereka tidak mampu untuk menyatakan dhaifnya hadits-hadits tentang
Dajjal, mereka pun menakwilkannya dengan menyatakan Dajjal bukanlah
sosok (nyata) tapi hanyalah rumuz (simbol) dari kejahatan, kedustaan,
dan kejelekan-kejelekan. Seperti dilakukan oleh Muhammad Abduh dan
Muhammad Fahim Abu Ubayyah. (Lihat Qishshatu Masihid Dajjal wa Nuzul
‘Isa karya Asy-Syaikh Al-Albani t)
Asy-Syaikh Al-Albani t berkata: “Untuk membantah secara rinci
orang-orang yang meragukan hadits tentang Dajjal, ada tempat lain selain
kitab ini. Cukuplah dalam membantah mereka dengan adanya kesepakatan
para ulama hadits dan penghafalnya atas kemutawatiran hadits tentang
Dajjal dan turunnya Isa q. Para imam tersebut di antaranya Ibnu Katsir t
dan Ibnu Hajar t, serta selain keduanya. Bahkan Al-Imam Asy-Syaukani t
menulis risalah yang berjudul Taudhih fi Tawaturi ma Ja`a fil Muntazhar
wa Dajjal wal Masih.” (Qishshatu Masihid Dajjal, hal. 24-25)
Adapun untuk membantah mereka yang menyatakan Dajjal hanyalah
semata simbol kerusakan dan kedustaan, atau simbol kemajuan dan fitnah
Eropa, cukup dengan hadits-hadits yang menunjukkan bahwa Dajjal adalah
manusia, punya mata, rambut, kepala, dan lainnya yang sudah dipaparkan
dalam masalah sifat-sifat Dajjal. Di antaranya Rasulullah n berkata (yang artinya): “Dajjal matanya buta sebelah, kulitnya putih.”
Dalam satu riwayat:
“Kulitnya putih seperti keledai putih. Kepalanya kecil dan banyak
gerak, mirip dengan Abdul ‘Uzza bin Qathan. Jika ada orang-orang yang
binasa (mengikuti fitnahnya), ketahuilah Rabb kalian tidaklah buta
sebelah.” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban, Asy-Syaikh Al-Albani t berkata:
Sanadnya shahih menurut syarat Muslim. Lihat Ash-Shahihah no. 1193)
Asy-Syaikh Al-Albani t berkata: “Hadits ini menunjukkan Dajjal
akbar adalah manusia, mempunyai sifat seperti manusia. Apalagi
Rasulullah n menyerupakannya dengan Abdul ‘Uzza bin Qathan z, seorang
sahabat. Hadits ini adalah satu dari sekian banyak dalil yang
membatilkan takwil sebagian orang yang menyatakan Dajjal bukanlah sosok
tapi rumuz (simbol) kemajuan Eropa berikut kemegahan serta fitnahnya.
(Yang benar) Dajjal adalah manusia, fitnahnya lebih besar dari fitnah
Eropa sebagaimana banyak diterangkan dalam banyak hadits.”
(Ash-Shahihah, 3/191)
Al-Qadhi ‘Iyadh t berkata: “Hadits-hadits ini adalah hujjah bagi
Ahlus Sunnah akan benarnya keberadaan Dajjal, bahwa Dajjal adalah satu
sosok tubuh (manusia) yang merupakan ujian dari Allah l bagi
hamba-hamba-Nya. Allah l berikan dia kemampuan melakukan beberapa
perkara, seperti menghidupkan orang mati yang ia bunuh, memunculkan
kesuburan, sungai, surga dan neraka, perbendaharaan bumi mengikuti
dirinya, memerintahkan langit untuk hujan lalu turunlah hujan,
memerintahkan bumi untuk menumbuhkan maka tumbuhlah tanaman-tanaman. Itu
semua terjadi dengan kehendak Allah l, kemudian ia tak mampu
melakukannya, tidak mampu membunuh seorang laki-laki (yang sebelumnya
dibunuh kemudian dihidupkan kembali olehnya), ataupun lainnya….”
Ancaman Salaf dan Para Ulama terhadap Orang yang Mengingkari Keluarnya Dajjal
‘Umar bin Al-Khaththab z berkata:
“Akan ada pada kalian satu kaum yang mendustakan rajam dan Dajjal
serta mendustakan terbitnya matahari dari barat, adzab kubur,
mendustakan syafaat serta mendustakan keluarnya manusia dari neraka
setelah menjadi arang. Sungguh kalau aku mendapati mereka, akan kubunuh
sebagaima pembunuhan terhadap kaum ‘Ad dan Tsamud.” (Asy-Syaikh
Al-Albani t berkata: Diriwayatkan oleh Ad-Dani t dalam kitab Al-Fitan
dan Ahmad t dengan ringkas, sanadnya hasan)
Dari pembahasan ini kita mendapat satu faedah penting, yaitu
harusnya kita memahami ilmu agama ini dengan penjelasan dan pemahaman
ulama ahlul hadits yang berjalan di atas manhaj Ahlus Sunnah, dan bahaya
yang mengancam seorang muslim jika tidak menyandarkan pada pemahaman
mereka. Karena ahlul hadits adalah orang yang paling tahu keshahihan dan
makna hadits-hadits Rasulullah n. Rasulullah n berkata:
“Akan senantiasa ada pada umatku orang-orang yang di atas al-haq menang dalam menghadapi orang yang memusuhi mereka, hingga orang akhir mereka memerangi Dajjal.” (Lihat Ash-Shahihah, no. 1959)
Al-Imam Ahmad t berkata: “Jika mereka itu bukan ahlul hadits, aku tidak tahu siapa lagi mereka.”
Walhamdulillah.
No comments:
Post a Comment