Kategori: Majalah AsySyariah Edisi 034
(ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman)
“Dajjal” acap menjadi topik seru yang dibicarakan banyak
orang. Perkaranya pun kian hangat dengan munculnya orang-orang yang
mengaku atau dianggap orang lain sebagai Dajjal, seperti yang
dialamatkan pada Sri Sathya Sai Baba, seorang begawan dari India.
Benarkah dia Dajjal?
adalah sangat tepat untuknya, karena Dajjal berarti banyak
berdusta dan menipu. Siapa pun yang banyak berdusta dan menipu, ada
pengikutnya ataupun tidak, maka dia adalah Dajjal. Demikianlah yang
diistilahkan oleh Rasulullah n tentang mereka. Beliau menjelaskan hal
ini dalam banyak hadits seperti yang diriwayatkan oleh Al-Imam
Al-Bukhari t dalam dua tempat (no. 3340 dalam Kitabul Manaqib dan no.
6588 dalam Kitab Al-Fitan) dan Muslim t dalam dua tempat (no. 8 dalam
Muqaddimah dan no. 5205 dalam Kitab Al-Fitan Wa Asyrathis Sa’ah) dari
sahabat Abu Hurairah z:
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَقْتَتِلَ فِئَتَانِ عَظِيمَتَانِ
يَكُونُ بَيْنَهُمَا مَقْتَلَةٌ عَظِيمَةٌ دَعْوَتُهُمَا وَاحِدَةٌ
وَحَتَّى يُبْعَثَ دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ قَرِيبٌ مِنْ ثَلَاثِينَ
كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ رَسُولُ اللهِ وَحَتَّى يُقْبَضَ الْعِلْمُ
وَتَكْثُرَ الزَّلَازِلُ وَيَتَقَارَبَ الزَّمَانُ وَتَظْهَرَ الْفِتَنُ
وَيَكْثُرَ الْهَرْجُ وَهُوَ الْقَتْلُ وَحَتَّى يَكْثُرَ فِيكُمُ
الْـمَالُ فَيَفِيضَ حَتَّى يُهِمَّ رَبَّ الْمَالِ مَنْ يَقْبَلُ
صَدَقَتَهُ وَحَتَّى يَعْرِضَهُ عَلَيْهِ فَيَقُولَ الَّذِي يَعْرِضُهُ
عَلَيْهِ: لَا أَرَبَ لِي بِهِ؛ وَحَتَّى يَتَطَاوَلَ النَّاسُ فِي
الْبُنْيَانِ وَحَتَّى يَمُرَّ الرَّجُلُ بِقَبْرِ الرَّجُلِ فَيَقُولُ:
يَا لَيْتَنِي مَكَانَهُ؛ وَحَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا
فَإِذَا طَلَعَتْ وَرَآهَا النَّاسُ يَعْنِي آمَنُوا أَجْمَعُونَ فَذَلِكَ
حِينَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ
أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا
“Tidak akan terjadi hari kiamat sehingga dua kelompok besar saling
berperang dan banyak terbunuh di antara dua kelompok tersebut, yang
seruan mereka adalah satu. Dan hingga dibangkitkannya para Dajjal lagi
pendusta hampir 30 orang, semuanya mengaku bahwa dirinya Rasulullah,
dicabutnya ilmu, banyak terjadi gempa, zaman berdekatan, fitnah menjadi
muncul, banyak terjadi pembunuhan, berlimpah ruahnya harta di tengah
kalian sehingga para pemilik harta bingung terhadap orang yang akan
menerima shadaqahnya. Sampai dia berusaha menawarkannya kepada seseorang
namun orang tersebut berkata: ‘Saya tidak membutuhkannya’; orang
berlomba-lomba dalam meninggikan bangunan. Ketika seseorang lewat pada
sebuah kuburan dia berkata: ‘Aduhai jika saya berada di sana’; terbitnya
matahari dari sebelah barat dan apabila terbit dari sebelah barat di
saat orang-orang melihatnya, mereka beriman seluruhnya (maka itulah
waktu yang tidak bermanfaat keimanan bagi setiap orang yang sebelumnya
dia tidak beriman atau dia tidak berbuat kebaikan dengan keimanannya).”
Dari keterangan di atas jelaslah bahwa kata Dajjal sering dipakai
untuk menamai seseorang yang banyak berdusta dan banyak menipu umat.
Para dedengkot kesesatan yang memproklamirkan diri sebagai nabi setelah
Rasulullah n adalah para Dajjal. Dan bila disebutkan Dajjal secara
mutlak (tanpa keterangan tambahan, red.) maka tidak ada yang tergambar
dalam benak setiap orang melainkan Ad-Dajjal Al-Akbar (yang terbesar),
yang akan muncul di akhir zaman sebagai tanda dekatnya hari kiamat
dengan sifat-sifat yang sudah jelas sebagaimana dijelaskan Rasulullah n.
Mengimani Munculnya Dajjal Al-Akbar
Tidak ada keraguan bagi orang yang beriman terhadap segala berita
yang datang dari Rasulullah n, masuk akal ataupun tidak. Karena mereka
meyakini bahwa segala yang diberitakan oleh Rasulullah n, sepanjang
riwayatnya shahih, merupakan berita wahyu dari Allah l. Dan segala
perkara yang disebutkan oleh Rasulullah n yang terkait dengan Dajjal
–seperti sifat-sifatnya, kejadian-kejadian luar biasa yang diperbuatnya,
masa tinggalnya di atas dunia, para pengikutnya, tempat turunnya, siapa
yang akan membunuhnya dan sebagainya– bagi orang yang beriman bukanlah
sebuah khurafat dan tahayul yang menjajah akal serta hati mereka. Bukan
pula sebuah keanehan bagi Allah l untuk menjadikan keluarbiasaan pada
diri Dajjal. Dan ini tidak akan mengurangi kemuliaan Allah l sedikitpun.
Mereka menjadikan segala yang terkait dengan Dajjal sebagai perkara
yang akan menambah dan mengokohkan keimanan mereka terhadap kekuasaan
Allah l serta kebenaran berita Rasulullah n. Mereka akan menjadikan
segala yang terkait dengan Dajjal sebagai ujian yang datang dari Allah l
untuk menambah kebajikan mereka di atas kebajikan. Tidak ada ucapan
yang keluar dari orang-orang yang beriman melainkan:
“Kami beriman kepadanya, semuanya itu dari sisi Rabb kami.” (Ali ‘Imran: 7)
“Kami mendengar dan kami patuh.” (Al-Baqarah: 285)
Dajjal sebagai Tanda Hari Kiamat
Munculnya Dajjal merupakan salah satu tanda hari kiamat kubra
(tanda-tanda yang besar). Artinya, tanda-tanda yang muncul mendekati
hari kiamat dan bukan tanda yang biasa terjadi. Seperti munculnya
Dajjal, turunnya ‘Isa, munculnya Ya’juj dan Ma’juj, serta terbitnya
matahari dari sebelah barat. (Lihat At-Tadzkirah karya Al-Imam
Al-Qurthubi t hal. 264, Fathul Bari 13/485, dan Ikmal Mu’allim Syarah
Shahih Muslim, 1/70)
Rasulullah n telah memberitakan akan munculnya Dajjal di dalam
banyak hadits. Di antaranya yang diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim t (no.
5228) dari An-Nawwas bin Sam’an z:
ذَكَرَ رَسُولُ اللهِ n الدَّجَّالَ ذَاتَ غَدَاةٍ فَخَفَّضَ فِيهِ
وَرَفَّعَ حَتَّى ظَنَنَّاهُ فِي طَائِفَةِ النَّخْلِ فَلَمَّا رُحْنَا
إِلَيْهِ عَرَفَ ذَلِكَ فِينَا. فَقَالَ: مَا شَأْنُكُمْ؟ قُلْنَا: يَا
رَسُولَ اللهِ ذَكَرْتَ الدَّجَّالَ غَدَاةً فَخَفَّضْتَ فِيهِ وَرَفَّعْتَ
حَتَّى ظَنَنَّاهُ فِي طَائِفَةِ النَّخْلِ. فَقَالَ: غَيْرُ الدَّجَّالِ
أَخْوَفُنِي عَلَيْكُمْ، إِنْ يَخْرُجْ وَأَنَا فِيكُمْ فَأَنَا حَجِيجُهُ
دُونَكُمْ، وَإِنْ يَخْرُجْ وَلَسْتُ فِيكُمْ فَامْرُؤٌ حَجِيجُ نَفْسِهِ
“Rasulullah n berkisah tentang Dajjal pada pagi hari dan beliau
mengangkat dan merendahkan suaranya seakan-akan kami menyangka dia
(Dajjal) berada di sebagian pohon korma. Lalu kami berpaling dari sisi
Rasulullah. Kemudian kami kembali kepada beliau dan beliau mengetahui
hal ini, lalu beliau berkata: ‘Ada apa dengan kalian?’ Kami berkata: ‘Ya
Rasulullah, engkau bercerita tentang Dajjal pada pagi hari dan engkau
mengangkat serta merendahkan suara, sehingga kami menyangka bahwa dia
berada di antara pepohonan korma.’ Rasulullah lantas bersabda: ‘Bukan
Dajjal yang aku khawatirkan atas kalian. Dan jika dia keluar dan aku
berada di tengah kalian maka akulah yang akan menyelesaikan urusannya.
Dan jika dia keluar dan aku tidak berada di tengah kalian, maka setiap
orang menyelesaikan urusannya masing-masing’.”
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah t dalam Kitabul Fitan (no. 4045) dari Hudzaifah bin Usaid Abu Suraihah z:
كُنَّا قُعُودًا نَتَحَدَّثُ فِي ظِلِّ غُرْفَةٍ لِرَسُولِ اللهِ n
فَذَكَرْنَا السَّاعَةَ فَارْتَفَعَتْ أَصْوَاتُنَا فَقَالَ رَسُولُ اللهِ
n: لَنْ تَكُونَ -أَوْ لَنْ تَقُومَ- السَّاعَةُ حَتَّى يَكُونَ قَبْلَهَا
عَشْرُ آيَاتٍ طُلُوعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَخُرُوجُ الدَّابَّةِ
وَخُرُوجُ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ وَالدَّجَّالُ وَعِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ
وَالدُّخَانُ وَثَلَاثَةُ خُسُوفٍ خَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ وَخَسْفٌ
بِالْمَشْرِقِ وَخَسْفٌ بِجَزِيرَةِ الْعَرَبِ وَآخِرُ ذَلِكَ تَخْرُجُ
نَارٌ مِنْ الْيَمَنِ مِنْ قَعْرِ عَدَنٍ تَسُوقُ النَّاسَ إِلَى
الْـمَحْشَرِ
“Kami sedang duduk-duduk berbincang di bayang-bayang salah satu
kamar Rasulullah. Kami berbincang tentang hari kiamat, dan suara kami
pun menjadi meninggi. Lalu beliau bersabda: ‘Tidak akan terjadi hari
kiamat sehingga muncul sepuluh tanda; yaitu terbitnya matahari dari
sebelah barat, munculnya Dajjal, munculnya asap, keluarnya binatang,
munculnya Ya’juj dan Ma’juj, turunnya Isa putra Maryam, dan tiga khusuf
(terbenam ke dalam bumi), satu di timur, satu di barat dan satu di
Jazirah Arab, dan api yang keluar dari arah Yaman dari dataran terendah
‘Adn yang menggiring manusia ke tempat mahsyar’.”
Berita tentang munculnya Dajjal dari Rasulullah n yang wajib
diimani dengan sifat-sifat yang telah disebutkan dengan terang dan jelas
yang tidak butuh penakwilan apapun, di antaranya:
1. Dia dari Bani Adam
2. Laki-laki
3. Pemuda
4. Pendek
5. Berkulit merah
6. Keriting rambutnya
7. Dahinya lebar
8. Lehernya lebar
9. Matanya buta sebelah kanan
10.Tertulis di antara dua matanya
ك ف ر (yang bermakna kafir)
11.Tidak berketurunan
12.Pada matanya sebelah kiri terdapat daging tumbuh.
Sifat-sifat di atas disebutkan di dalam banyak hadits baik dalam Ash-Shahihain (Al-Bukhari dan Muslim) atau selain keduanya.
Dajjal adalah dari Bani Adam, Bukan Lambang Kejahatan dan Kerusakan
Termasuk benarnya keimanan seorang hamba kepada Allah l dan
Rasul-Nya yaitu mengimani bahwa Dajjal adalah dari Bani Adam, dan bukan
sebuah lambang kejahatan dan lambang khurafat, seperti yang telah
dikatakan oleh Muhammad Abduh dalam kitab tafsirnya Al-Manar (3/317),
lalu diikuti oleh Abu ‘Ubayyah yang mengatakan bahwa Dajjal adalah
sebuah lambang dari kejahatan dan bukan salah seorang Bani Adam.
(Asyrathus Sa’ah, hal. 316)
Penakwilan ini termasuk sikap memalingkan makna lahiriah (tekstual) nash-nash.
Asal Dajjal dari Bani Adam telah dijelaskan oleh Rasulullah n dalam
banyak hadits. Dari penjelasan nash tersebut tidaklah masuk akal bila
dimaknakan kepada sebuah lambang. Coba perhatikan hadits di bawah ini
yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari t (no. 6484) dan Al-Imam
Muslim t (no. 246) dari sahabat Ibnu ‘Umar c:
ذَكَرَ رَسُولُ اللهِ n يَوْمًا بَيْنَ ظَهْرَانَيِ النَّاسِ
الْـمَسِيحَ الدَّجَّالَ، فَقَالَ: إِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى
لَيْسَ بِأَعْوَرَ أَلَا إِنَّ الْـمَسِيحَ الدَّجَّالَ أَعْوَرُ عَيْنِ
الْيُمْنَى كَأَنَّ عَيْنَهُ عِنَبَةٌ طَافِيَةٌ. قَالَ: وَقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ n: أَرَانِي اللَّيْلَةَ فِي الْـمَنَامِ عِنْدَ الْكَعْبَةِ
فَإِذَا رَجُلٌ آدَمُ كَأَحْسَنِ مَا تَرَى مِنْ أُدْمِ الرِّجَالِ
تَضْرِبُ لِـمَّتُهُ بَيْنَ مَنْكِبَيْهِ، رَجِلُ الشَّعْرِ يَقْطُرُ
رَأْسُهُ مَاءً، وَاضِعًا يَدَيْهِ عَلَى مَنْكِبَيْ رَجُلَيْنِ وَهُوَ
بَيْنَهُمَا يَطُوفُ بِالْبَيْتِ فَقُلْتُ: مَنْ هَذَا؟ فَقَالُوا:
الْـمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ. وَرَأَيْتُ وَرَاءَهُ رَجُلًا جَعْدًا قَطَطًا
أَعْوَرَ عَيْنِ الْيُمْنَى كَأَشْبَهِ مَنْ رَأَيْتُ مِنْ النَّاسِ
بِابْنِ قَطَنٍ، وَاضِعًا يَدَيْهِ عَلَى مَنْكِبَيْ رَجُلَيْنِ يَطُوفُ
بِالْبَيْتِ. فَقُلْتُ: مَنْ هَذَا؟ قَالُوا: هَذَا الْـمَسِيحُ
الدَّجَّالُ
Rasulullah n menyebutkan pada suatu hari di tengah keramaian
tentang Al-Masih Ad-Dajjal. Beliau berkata: “Sesungguhnya Allah tidak
buta sebelah, dan ketahuilah Al-Masih Ad-Dajjal adalah buta mata sebelah
kanannya, seperti buah anggur yang menonjol.” Ibnu ‘Umar berkata:
“Rasulullah bersabda: ‘Diperlihatkan dalam mimpiku pada suatu malam
ketika aku berada di Ka’bah, kemunculan secara tiba-tiba seseorang dari
Bani Adam yang terlihat sangat bagus, berkulit sawo matang dari Bani
Adam, rambutnya tersisir di antara kedua pundaknya, dalam keadaan
meletakkan kedua tangannya di atas dua pundak dua lelaki dan dia
melaksanakan thawaf di antara keduanya aku berkata: ‘Siapa ini?’ Mereka
berkata: ‘Al-Masih bin Maryam.’ Dan aku melihat di belakangnya ada
seseorang yang sangat keriting rambutnya dan buta matanya sebelah kanan
dan serupa dengan Ibnu Qathan. Dia meletakkan tangannya di atas pundak
dua laki-laki dan thawaf di Ka’bah. Lalu aku berkata: ‘Siapa ini?’
Mereka menjawab: ‘Ini adalah Al-Masih Ad-Dajjal’.”
Kenapa Tidak Disebutkan Dajjal Di dalam Al-Qur`an dengan Jelas Sebagaimana dalam Hadits-hadits?
Mungkin orang-orang akan bertanya kenapa tidak disebutkan di dalam
Al-Qur`an dengan jelas tentang Dajjal sebagaimana disebutkan di dalam
hadits-hadits? Padahal perkara Dajjal tidaklah jauh lebih besar dari
perkara Ya’juj dan Ma’juj, sementara urusan Ya’juj dan Ma’juj disebutkan
di dalam Al-Qur`an?
Telah disebutkan alasannya oleh para ulama dalam banyak pendapat. Di antaranya:
1. Penyebutan Dajjal di dalam Al-Qur`an termasuk dalam kandungan ayat:
“Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat
kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka) atau kedatangan (siksa)
Rabbmu atau kedatangan beberapa ayat Rabbmu. Pada hari datangnya ayat
dari Rabbmu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya
sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan
kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah: ‘Tunggulah olehmu, sesungguhnya
kamipun menunggu (pula)’.” (Al-An’am: 158)
Yang dimaksud dengan ‘tanda-tanda Rabbmu’ dalam ayat ini adalah
munculnya Dajjal, terbitnya matahari dari sebelah barat, dan munculnya
daabbah (binatang). Rasulullah n telah menjelaskan di dalam sebuah
sabdanya:
ثَلَاثَةٌ إِذَا خَرَجْنَ لَـمْ يَنْفَعْ نَفْسًا إِيْمَانُهَا لَـمْ
تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ: الدَّجَّالُ وَالدَّابَّةُ وَطُلُوْعُ
الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا
“Tiga hal apabila telah muncul (terjadi) maka tiada bermanfaat lagi
sebuah keimanan bagi seorang jiwa yang belum beriman (sebelumnya):
Dajjal, daabbah, dan terbitnya matahari dari arah barat.”
2. Al-Qur`an menyebutkan akan turunnya Nabi ‘Isa q dan dialah yang
akan membunuh Dajjal. Maka dengan menyebutkan Masihil Huda (Nabi ‘Isa q)
sudah cukup dari penyebutan Masihidh Dhalal (Dajjal). Dan kebiasaan
orang Arab adalah mencukupkan diri dengan menyebutkan salah satu yang
berlawanan.
3. Bahwa munculnya Dajjal disebutkan oleh Allah l di dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada
penciptaan manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
(Al-Mu`min: 57)
Yang dimaksud kata “manusia” di dalam ayat ini adalah Dajjal. Dalam
istilah kaidah bahasa termasuk dalam bab penyebutan secara umum
sedangkan yang dimaksud adalah khusus, yaitu Dajjal. Abu ‘Aliyah
berkata: “Artinya lebih besar dari penciptaan Dajjal yang diagungkan
oleh orang-orang Yahudi.” (Tafsir Al-Qurthubi, 15/325)
Dan Al-Hafizh Ibnu Hajar t berkata: “Ini, kalau memang benar,
adalah sebaik-baik jawaban. Dan ini termasuk perkara-perkara yang
ditugaskan kepada Rasul-Nya untuk dijelaskan. Dan ilmunya ada di sisi
Allah l.” (Fathul Bari, 13/92)
4. Al-Qur`an tidak menyebutkan Dajjal sebagai bentuk penghinaan
terhadapnya. Di mana dia menobatkan dirinya sebagai Tuhan, padahal dia
adalah manusia. Tentu sikapnya ini menafikan kemahaagungan Allah l dan
kemahasempurnaan-Nya serta kesucian-Nya dari sifat-sifat kekurangan.
Oleh karena itu, urusan Dajjal di sisi Allah l adalah sangat hina dan
kecil untuk disebutkan.
Jika demikian, mengapa tentang Fir’aun yang mengaku sebagai Tuhan
disebutkan di dalam Al-Qur`an? Jawabannya adalah: “Perkara Fir’aun telah
selesai dan habis masanya, dan disebutkan sebagai peringatan bagi
manusia. Adapun urusan Dajjal, akan muncul di akhir zaman sebagai ujian
bagi manusia.”
Dan terkadang, sesuatu itu tidak disebutkan karena jelas dan nyata perkaranya.
Inilah beberapa pendapat dari jawaban dan alasan ulama tentang
mengapa tidak disebutkan permasalahan Dajjal di dalam Al-Qur`an.
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu wajar bila muncul, karenanya Ibnu
Hajar t menjelaskan: “Pertanyaan tentang tidak disebutkannya Dajjal di
dalam Al-Qur`an akan terus muncul. Karena Allah l menyebutkan perkara
Ya`juj dan Ma`juj, sementara fitnah mereka sama dengan fitnahnya
Dajjal.” (Fathul Bari, 13/91-92)
Pengarang kitab Asyrathus Sa’ah menguatkan pendapat yang pertama
yaitu Dajjal telah disebutkan di dalam Al-Qur`an sebagaimana kandungan
ayat dalam surat Al-An’am di atas secara global, dan Rasulullah n
diamanatkan untuk menjelaskannya (secara rinci). (Asyrathus Sa’ah, hal.
333)
Tidak ada yang mengingkari bahwa fitnah Dajjal adalah fitnah besar
sepanjang perjalanan hidup Bani Adam di atas dunia ini sampai pada hari
kiamat. Hal ini disebabkan berbagai bentuk keanehan yang diciptakan
Allah l yang bisa diperbuat oleh Dajjal tersebut, sebagaimana dijelaskan
dalam banyak riwayat. Dua fitnah yang sesungguhnya diusung oleh Dajjal
untuk merekrut pengikut itulah fitnah syahwat dan fitnah syubuhat. Di
bawah ini akan dijelaskan beberapa fitnah besar Dajjal terhadap umat
Rasulullah n:
1. Bersama Dajjal ada surga dan neraka
Diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dalam Shahih-nya (no. 2934) dari
sahabat Hudzaifah bin Al-Yaman z, dia berkata: Rasulullah n bersabda:
الدَّجَّالُ أَعْوَرُ الْعَيْنِ الْيُسْرَى جُفَالُ الشَّعَرِ مَعَهُ جَنَّةٌ وَنَارٌ فَنَارُهُ جَنَّةٌ وَجَنَّتُهُ نَارٌ
“Dajjal adalah buta sebelah kiri, sangat keriting rambutnya, dan
bersamanya surga dan neraka. Namun nerakanya adalah surga dan surganya
adalah neraka.”
2. Bersamanya ada sungai-sungai yang penuh air
Diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim t (no. 2934) dari sahabat Hudzaifah z berkata:
لَأَنَا أَعْلَمُ بِمَا مَعَ الدَّجَّالِ، مِنْهُ مَعَهُ نَهْرَانِ
يَجْرِيَانِ أَحَدُهُمَا رَأْيَ الْعَيْنِ مَاءٌ أَبْيَضُ وَالْآخَرُ
رَأْيَ الْعَيْنِ نَارٌ تَأَجَّجُ فَإِمَّا أَدْرَكَنَّ أَحَدٌ فَلْيَأْتِ
النَّهْرَ الَّذِي يَرَاهُ نَارًا وَلْيُغَمِّضْ ثُمَّ لْيُطَأْطِئْ
رَأْسَهُ فَيَشْرَبَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مَاءٌ بَارِدٌ، وَإِنَّ الدَّجَّالَ
مَمْسُوحُ الْعَيْنِ عَلَيْهَا ظَفَرَةٌ غَلِيظَةٌ مَكْتُوبٌ بَيْنَ
عَيْنَيْهِ كَافِرٌ يَقْرَؤُهُ كُلُّ مُؤْمِنٍ كَاتِبٍ وَغَيْرِ كَاتِبٍ
Rasulullah n bersabda: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang
menyertai Dajjal. Yaitu, bersamanya ada dua sungai yang mengalir. Dengan
penglihatan mata, salah satunya adalah air yang putih dan yang lain api
yang berkobar. Maka barangsiapa menjumpai yang demikian hendaklah dia
mendatangi sungai yang dia lihat sebagai api dan pejamkan matanya
kemudian tundukkan kepalanya dan minumlah darinya, karena sesungguhnya
itu adalah air yang dingin. Sesungguhnya Dajjal buta dan pada matanya
ada daging tumbuh yang tebal serta tertulis di antara dua matanya kafir,
yang akan dibaca oleh setiap orang yang beriman baik yang bisa menulis
atau tidak.”
3. Memerintahkan langit untuk menurunkan hujan dan bumi menumbuhkan tanamannya
Hal ini dijelaskan oleh Rasulullah n sebagaimana dalam riwayat
Al-Imam Muslim t dalam Shahih beliau (no. 2937) dari sahabat An-Nawwas
bin Sam’an z:
قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ وَمَا لَبْثُهُ فِي الْأَرْضِ؟
قَالَ:أَرْبَعُونَ يَوْمًا يَوْمٌ كَسَنَةٍ وَيَوْمٌ كَشَهْرٍ وَيَوْمٌ
كَجُمُعَةٍ وَسَائِرُ أَيَّامِهِ كَأَيَّامِكُمْ. قُلْنَا: يَا رَسُولَ
اللهِ، فَذَلِكَ الْيَوْمُ الَّذِي كَسَنَةٍ أَتَكْفِينَا فِيهِ صَلَاةُ
يَوْمٍ؟ قَالَ: لَا، اقْدُرُوا لَهُ قَدْرَهُ. قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ،
وَمَا إِسْرَاعُهُ فِي الْأَرْضِ؟ قَالَ: كَالْغَيْثِ اسْتَدْبَرَتْهُ
الرِّيحُ، فَيَأْتِي عَلَى الْقَوْمِ فَيَدْعُوهُمْ فَيُؤْمِنُونَ بِهِ
وَيَسْتَجِيبُونَ لَهُ فَيَأْمُرُ السَّمَاءَ فَتُمْطِرُ وَالْأَرْضَ
فَتُنْبِتُ
Kami berkata: “Ya Rasulullah, berapa lama masa tinggalnya di atas
dunia?” Beliau bersabda: “40 hari. Satu hari bagaikan satu tahun, satu
hari bagaikan satu bulan, dan satu hari bagaikan satu minggu dan selain
itu harinya sama dengan hari biasa.” Kami mengatakan: “Ya Rasulullah,
bagaimana kalau satu hari bagaikan satu tahun, apakah cukup bagi kita
untuk melaksanakan shalat satu hari?” Rasulullah bersabda: “Tidak,
tetapi ukurlah kadarnya.” Kami berkata: “Ya Rasulullah, bagaimana
tentang kecepatannya di muka bumi?” Beliau bersabda: “Bagaikan hujan
yang ditiup oleh angin lalu dia mendatangi kaum dan menyerukan mereka
sehingga mereka beriman kepadanya dan menerima seruannya. Dia juga
memerintahkan langit untuk menurunkan hujan dan kemudian hujan turun;
dan memerintahkan bumi untuk menumbuhkan tanaman maka kemudian tumbuh.”
4. Bersamanya segala perbendaharaan bumi, dan bisa menempuh arah
dengan cepat bagaikan hujan yang ditiup oleh angin. Sebagaimana dalil
yang disebutkan di atas.
5. Menghidupkan dan mematikan.
Diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim t dari sahabat Abu Sai’d Al-Khudri z (no. 2938) berkata:
حَدَّثَنَا رَسُولُ اللهِ n يَوْمًا حَدِيثًا طَوِيلًا عَنِ
الدَّجَّالِ فَكَانَ فِيمَا حَدَّثَنَا قَالَ: يَأْتِي وَهُوَ مُحَرَّمٌ
عَلَيْهِ أَنْ يَدْخُلَ نِقَابَ الْـمَدِينَةِ فَيَنْتَهِي إِلَى بَعْضِ
السِّبَاخِ الَّتِي تَلِي الْـمَدِينَةَ فَيَخْرُجُ إِلَيْهِ يَوْمَئِذٍ
رَجُلٌ هُوَ خَيْرُ النَّاسِ أَوْ مِنْ خَيْرِ النَّاسِ فَيَقُولُ لَهُ:
أَشْهَدُ أَنَّكَ الدَّجَّالُ الَّذِي حَدَّثَنَا رَسُولُ اللهِ n
حَدِيثَهُ. فَيَقُولُ الدَّجَّالُ: أَرَأَيْتُمْ إِنْ قَتَلْتُ هَذَا ثُمَّ
أَحْيَيْتُهُ أَتَشُكُّونَ فِي الْأَمْرِ؟ فَيَقُولُونَ: لَا. قَالَ:
فَيَقْتُلُهُ ثُمَّ يُحْيِيهِ فَيَقُولُ حِينَ يُحْيِيهِ: وَاللهِ مَا
كُنْتُ فِيكَ قَطُّ أَشَدَّ بَصِيرَةً مِنِّي الْآنَ. قَالَ: فَيُرِيدُ
الدَّجَّالُ أَنْ يَقْتُلَهُ فَلَا يُسَلَّطُ عَلَيْهِ
Rasulullah n menyampaikan kepada kami sebuah hadits yang panjang
tentang Dajjal pada suatu hari. Di antara apa yang beliau sampaikan
adalah: “Dajjal datang dan dia diharamkan untuk masuk ke kota Madinah,
maka dia berakhir di daerah yang tanahnya bergaram yang berada di
sekitar Madinah. Maka keluarlah kepadanya seorang yang paling baik dan
dia berkata: ‘Aku bersaksi bahwa kamu adalah Dajjal yang telah
diceritakan oleh Rasulullah.’ Lalu Dajjal berkata (kepada pengikutnya):
‘Bagaimana jika aku membunuh orang ini kemudian menghidupkannya, apakah
kalian masih tetap ragu tentang urusanku?’ Mereka berkata: ‘Tidak.’ Dia
pun membunuhnya kemudian menghidupkannya. Orang yang baik itu berkata
setelah dihidupkan: ‘Demi Allah, aku semakin yakin tentang dirimu.’
Rasulullah berkata: ‘Lalu Dajjal ingin membunuhnya lagi namun dia tidak
sanggup melakukannya’.”
6. Melakukan penipuan dengan mengubah wujud seseorang
Demikianlah beberapa bentuk dari sekian fitnah Dajjal yang sangat
dahsyat. Tidak ada seorang pun yang akan selamat melainkan orang-orang
yang berusaha menyelamatkan dirinya kemudian dijemput oleh rahmat Allah
l. Dengan rahmat Allah l, dia selamat dari fitnah Dajjal yang amat
sangat dahsyat.
Bentuk fitnah yang juga diusung oleh Dajjal dalam rangka mencari
pengikut adalah fitnah syahwat. Sungguh Allah l telah menguji kita
dengan sedikit harta benda dunia dan kita berguguran menjadi budak
kesesatan. Bisa dibayangkan jika si Dajjal mengusung surga dan neraka,
membunuh dan menghidupkan, di tangannya ada perbendaharaan bumi,
memerintahkan langit untuk menurunkan hujan lalu turun. Dan
memerintahkan bumi menumbuhkan tanam-tanaman lalu tumbuh, kemudian
menawarkannya kepada kita. Ke manakah kita akan menginjakkan kaki?
Apakah menjadi pengikut Dajjal yang di tangannya kenikmatan semu, atau
menjadi kekasih Allah l? Jawabannya ada dalam diri kita masing-masing.
Ucapan Ulama tentang Kejadian Luar Biasa pada Dajjal
Al-Qadhi ‘Iyadh t berkata: “Hadits-hadits ini yang disebutkan oleh
Al-Imam Muslim t dan selain beliau tentang kisah Dajjal adalah hujjah
bagi ahlul haq tentang kebenarannya. Dia adalah manusia biasa yang
dijadikan oleh Allah l sebagai ujian bagi hamba-hamba-Nya. Allah l
memberikan kemampuan kepadanya berupa hal-hal yang merupakan kekuasaan
Allah l semata, seperti menghidupkan mayat yang dibunuhnya, serta
bersamanya ada segala kenikmatan dunia, surga dan neraka, perbendaharaan
dunia, dia memerintahkan langit untuk menurunkan hujan lalu terjadi dan
memerintahkan bumi untuk menumbuhkan lalu terlaksana. Semuanya terjadi
dengan kekuasaan Allah l dan kehendak-Nya. Kemudian Allah l memberikan
kepadanya ketidaksanggupan untuk membunuh orang tersebut (setelah dia
menghidupkannya) dan selain orang tersebut. Allah l juga membatilkan
urusannya lalu dia dibunuh oleh Nabi ‘Isa q dan Allah l mengokohkan
orang-orang yang beriman. Inilah madzhab Ahlus Sunnah dan seluruh ahli
hadits serta para fuqaha dan para peneliti. Berbeda dengan orang-orang
yang mengingkarinya dan menolak perkaranya, seperti Khawarij, Jahmiyyah,
sebagian Mu’tazilah serta selain mereka, yaitu bahwa Dajjal itu benar
adanya, namun kejadian-kejadian luar biasa pada diri Dajjal adalah
khayalan yang tidak memiliki hakikat. Mereka mengira, jika hal itu benar
niscaya tidak ada perbedaan dengan mukjizat yang terjadi pada diri
nabi. Cara berfikir seperti ini termasuk kesalahan mereka seluruhnya,
karena Dajjal tidak mengaku sebagai nabi dan apa yang terjadi pada
dirinya hanya sebatas sebagai bukti bahwa dia Dajjal. Dia justru mengaku
sebagai Rabb, meski pada kenyataannya dia berdusta dalam pengakuannya,
dari sisi penampilannya sendiri, sesuatu yang baru terjadi, kekurangan
dalam hal penciptaan, ketidaksanggupannya untuk menghilangkan kebutaan
matanya dan menghilangkan tulisan kafir yang terdapat di antara dua
matanya.
Karena bukti-bukti ini dan selainnya pada diri Dajjal, maka tidak
tertipu dengannya kecuali orang-orang rendahan. Ini semata-mata untuk
menutupi keinginan dan kemiskinan, berharap untuk memenuhi kebutuhan
hidup, atau menyelamatkan dirinya, atau takut dari gangguannya, karena
fitnahnya yang dahsyat dan membingungkan akal.
Oleh karena itulah, para nabi memperingatkan dari fitnahnya serta
menjelaskan tentang kelemahan dan bukti kedustaannya. Adapun orang yang
diberikan taufiq oleh Allah l mereka tidak akan tertipu dan terpesona
dengan apa yang menyertainya dari bukti-bukti yang penuh kedustaan
bersamaan dengan apa yang telah dijelaskan tentang keadaannya. Pantaslah
orang yang telah dibunuhnya berkata: “Tidak menambahku tentang dirimu
kecuali keyakinan.” (Syarah Shahih Muslim 18/58-59 dan Fathul Bari
13/105 )
Al-Hafizh Ibnu Katsir t berkata: “Sesungguhnya Dajjal dijadikan
oleh Allah l sebagai ujian bagi hamba-hamba-Nya dengan kejadian-kejadian
luar biasa yang diciptakan Allah l melalui tangannya yang bisa
disaksikan pada masanya. Dan bagi orang yang memenuhi panggilannya;
memerintahkan langit untuk menurunkan hujan lalu turun dan memerintahkan
bumi untuk menumbuhkan tanamannya lalu terlaksana yang bisa dimakan
oleh binatang-binatang ternak dan dimanfaatkan oleh mereka sendiri
kemudian mereka bisa mengambil manfaat dari binatang ternak baik daging
ataupun susunya. Dan orang yang tidak memenuhi panggilannya serta
menolak seruannya akan ditimpa oleh paceklik penuh kekurangan,
binatang-binatang ternak mereka habis mati, kekurangan pada harta benda,
jiwa, dan buah-buahan. Bersamanya juga ada perbendaharaan bagaikan
mayang kurma dan dia membunuh seseorang lalu menghidupkannya. Ini semua
bukan penipuan melainkan hakikat yang nyata yang diciptakan Allah l
untuk menguji hamba-hamba-Nya pada akhir zaman nanti. Allah l
menyesatkan banyak orang dan memberikan hidayah kepada mereka.
Orang-orang yang ragu, niscaya mereka akan kafir. Dan akan bertambahlah
iman orang-orang yang beriman.” (An-Nihayah/Al-Fitan Wal Malahim 1/121)
Ibnu Hajar t berkata: “Pada diri Dajjal terdapat bukti nyata atas
kedustaannya di hadapan orang-orang yang berakal. Karena dia memiliki
memiliki wujud fisik serta memiliki bukti dari perbuatannya. Bersamaan
dengan kekurangan pada dirinya bahwa dia adalah orang yang buta sebelah
matanya. Jika dia menyeru manusia untuk mempertuhankannya itu
menunjukkan keadaannya yang paling buruk. Bagi orang yang berakal
mengetahui bahwa dia tidak mungkin akan bisa menciptakan selainnya,
memperbaiki dan memperbagus serta dia tidak sanggup untuk menghilangkan
kekurangan (seperti: matanya yang buta, tulisan kafir di dahinya, dll)
yang ada pada dirinya. Maka ucapan yang paling ringan untuk dikatakan
adalah: ‘Wahai orang yang menyangka bisa menciptakan langit dan bumi,
bentuklah dirimu, perbaguslah dan hilangkan sifat kekurangan pada
dirimu. Dan jika kamu menyangka bahwa tidak akan terjadi sesuatu yang
baru pada diri Rabb, maka hilangkan apa yang tertulis di antara kedua
matamu’.” (Fathul Bari 13/103)
Ibnul ‘Arabi t berkata: “Segala tanda-tanda kebesaran yang terjadi
pada tangan Dajjal, dari turunnya hujan serta tanah menjadi subur bagi
orang yang memercayainya, dan ketandusan atas orang yang mengingkarinya,
dan segala yang bersamanya berupa perbendaharaan bumi, bersamanya surga
dan neraka dan air yang mengalir, semuanya merupakan ujian dari Allah l
agar orang-orang yang ragu menjadi binasa dan orang-orang yang bertakwa
menjadi selamat. Semuanya merupakan perkara yang sangat menakutkan.
Oleh karena itu, Rasulullah n bersabda: “Tidak ada fitnah yang paling
besar dari fitnah Dajjal.” (Fathul Bari 13/103)
Demikianlah beberapa ucapan para ulama bahwa kejadian-kejadian luar
biasa pada diri Dajjal adalah perkara yang hakiki, bukan khayalan atau
sebuah kamuflase. Dan demikianlah keterangan-keterangan nash yang wajib
diimani.
Kiat-Kiat Terhindar dari Fitnah Dajjal
Sebagaimana dalam pembahasan di atas sangat jelas bahwa fitnah
Dajjal amat sangat berat dan besar sehingga tidaklah heran jika Dajjal
memiliki banyak pengikut. Dan pengikut Dajjal yang terbanyak adalah dari
kalangan Yahudi, orang ajam (orang-orang non Arab), bangsa Turki,
orang-orang A’rabi (orang Badui yang dikuasai kejahilan), dan kaum
wanita. Hal ini telah dijelaskan oleh Rasulullah n seperti sabda beliau:
يَتْبَعُ الدَّجَّالَ مِنْ يَهُودِ أَصْبَهَانَ سَبْعُونَ أَلْفًا عَلَيْهِمُ الطَّيَالِسَةُ
“Yang akan mengikuti Dajjal adalah Yahudi Ashbahan dan 70.000 dari
mereka memakai pakaian yang tebal dan bergaris.” (HR. Muslim no. 5237
dari sahabat Anas z)
Dalam riwayat Al-Imam Ahmad t no. 11290 disebutkan: “70.000 dari mereka memakai mahkota.”
Begitu juga dari kaum ‘ajam, telah dijelaskan oleh Rasulullah n dalam riwayat Al-Bukhari (no. 3323) dari sahabat Abu Hurairah z.
Adapun bangsa Turki disebutkan oleh Ibnu Katsir t: “Yang nampak,
wallahu ‘alam, yang dimaksud dengan orang-orang Turki adalah para
pembela Dajjal.” (An-Nihayah 1/117)
Tentang keadaan orang-orang Badui sebagai pengikut Dajjal terbanyak
disebabkan kejahilan menguasai mereka, sebagaimana dalam riwayat Muslim
t dari sahabat Abu Umamah z.
Adapun kebanyakan pengikut mereka dari kaum wanita karena keadaan
mereka lebih jelek dari kaum Badui, karena cepatnya mereka terpengaruh
dan mereka dikuasai kejahilan, sebagaimana dalam riwayat Ibnu ‘Umar c
yang diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad t dan dishahihkan sanadnya oleh
Ahmad Syakir t.
Kalaulah demikian besar fitnahnya dan banyak yang mengikutinya,
maka sudah barang tentu kita harus berusaha menyelamatkan diri dari
fitnahnya. Dan inilah beberapa kiat untuk menyelamatkan diri dari
fitnah-fitnah Dajjal.
Pertama: Berpegang teguh dengan Islam dan bersenjatakan iman serta
mengetahui nama-nama Allah l dan sifat-sifat-Nya yang mulia yang tidak
ada seorangpun menyamai-Nya dalam masalah ini. Diketahui bahwa Dajjal
adalah manusia biasa yang makan dan minum, dan Maha Suci Allah dari hal
itu. Dajjal buta sebelah sementara Allah l tidak demikian. Dan tidak ada
seorang pun bisa melihat Allah l sampai mati, sementara Dajjal dilihat
ketika keluarnya baik oleh orang-orang kafir atau mukmin.
Kedua: Berlindung dari fitnah Dajjal, terlebih ketika shalat sebagaimana yang banyak diriwayatkan dari Rasulullah n.
Ketiga: Membaca sepuluh ayat dari surat Al-Kahfi baik awal ataupun
akhirnya di hadapan Dajjal, sebagaimana yang telah disebutkan oleh
Rasulullah n.
Keempat: Lari dari Dajjal dan mencari tempat perlindungan, seperti
kota Makkah dan Madinah. Karena keduanya adalah tempat yang tidak akan
dimasuki oleh Dajjal, sebagaimana disebutkan dalam riwayat Al-Imam
Ahmad, Abu Dawud, dan Al-Hakim dari sahabat ‘Imran bin Hushain z dan
dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani t di dalam kitab Shahih Al-Jami’us
Shagir (5/303 no. 6177).
Wallahu alam.
1 Tentu jawabnya bukanlah dia yang dimaksud dalam hadits-hadits
Dajjal. Karena banyak sifat dan keadaan Dajjal yang tidak ada padanya.
Dan tanda-tanda kiamat yang besar itu datang silih berganti dengan cepat
sebagaimana disebutkan dalam sebagian hadits. Dan ini belum terjadi
pada zaman ini. (ed)
No comments:
Post a Comment