Translate this blog

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Wednesday, 24 October 2012

Duo Jati, Sang Peluntur dan Pengikis Lemak

Duo Jati, Sang Peluntur dan Pengikis Lemak

(Sebagai salah satu bagian dari ikhtiar dalam menurunkan berat badan berlebih)


Indonesia dikenal kaya akan kekayaan flora berupa tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat obat. Pemanfaatan kekayaan alam yang luar biasa ini telah dilakukan sejak jaman nenek moyang kita. Kadang penggunaannya dalam bentuk tunggal, atau dalam bentuk ramuan yang terdiri dari beberapa bahan alami yang berkhasiat obat.
Sebagaimana edisi sebelumnya, pembahasan edisi kali ini masih menitikberatkan pada perbaikan sistem pencernaan. Pembahasan masalah “perut” memang tidak akan pernah lepas dari pembicaraan majalah kesayangan kita ini, baik dalam upaya menjaga ataupun meningkatkan kualitas kesehatan. Tema yang dipilih pada rubrik kita kali ini ini adalah gangguan obesitas (kelebihan berat badan). Di antara herbal yang biasa digunakan untuk penanganan obesitas adalah Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamarck. varietas tomentosa (Shumacher)) dan Jati Cina (Cassia Angustifolia Vahl. dari suku fabaceae).
Secara ringkas, gangguan obesitas dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain keturunan, terlalu banyak makan terutama makanan berlemak dan manis bergizi rendah, faktor kejiwaan berupa depresi (stres dalam berbagai bentuk) yang mendorong untuk banyak makan, kurangnya aktifvtas tubuh dan olahraga, atau kurang aktifnya kelenjar tiroid (hypothyroidism) yang biasanya terjadi pada wanita setengah baya. Pada kasus tertentu, obesitas dapat juga disebabkan oleh rendahnya metabolisme tubuh, sehingga tubuh hanya membutuhkan tenaga yang minimal untuk aktivitasnya dan dengan kecepatan metabolisme yang lambat mempermudah serta memperbanyak sari-sari makanan yang diserap tubuh.

Herbal Pelangsing Alami

Literatur telah mencatat banyak tanaman yang dapat digunakan untuk mengatasi kasus gangguan obesitas, bahkan kadang penggunaannya dalam bentuk tunggal. Namun, tidak sedikit tanaman yang telah dijadikan ramuan yang terdiri dari beberapa bahan alami berkhasiat obat. Di antara herbal terpilih untuk penyembuhan obesitas adalah Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Val.) dan Jati Cina (Cassia Angustifolia Vahl. dari suku fabaceae). Cara kerja dari kedua herbal ini adalah memperbaiki metabolisme dengan melancarkan defekasi (BAB).

Jati Belanda

Tanaman ini tingginya dapat mencapai lebih kurang 10 meter. Batangnya keras, bulat, permukaan kasar, banyak alur, berkayu, bercabang, dengan warna hijau keputih-putihan. Daunnya tunggal, bulat telur, permukaan kasar, tepi bergerigi, ujung runcing, pangkal berlekuk, pertulangan menyirip, panjang 10-16 cm, lebar 3-6 cm, dan berwarna hijau. Adapun bunganya berbentuk tunggal, bulat di ketiak daun, dan warnanya hijau muda. Buahnya kotak, bulat, keras, permukaan berduri, dan berwarna hitam. Tanaman dari keluarga sterculiaceae ini bukan tanaman pribumi, namun berasal dari Amerika, yang kemudian dibawa oleh orang Portugis ke Indonesia. Sejauh ini, tanaman ini belum banyak dibudidayakan dan tumbuh secara liar di tepi-tepi hutan. Bagian pohon jati Belanda yang biasa digunakan untuk mengatasi obesitas adalah daunnya, yang secara umum memiliki rasa agak kelat dan bau aromatik lemah.
Di dalam buku Cabe Puyang Warisan Nenek Moyang terbitan Balai Pustaka disebutkan bahwa daun Jati Belanda (disebut juga jati londo, jati sabrang, atau jatos landi) mengandung beberapa zat, yaitu damar, alkaloida dan zat samak. Adapun manfaatnya secara umum di antaranya untuk mencret (diare), terlalu gemuk, batuk, perut nyeri, batuk rejan (daun/buahnya), dan sukar keluar keringat.
Menurut banyak ahli, di antaranya Dr. A. Seno Sastroamijoyo, dan Prof. Dr. Suwijiyo Pramono, DEA, Apt., daun Jati Belanda, sebagaimana manfaatnya secara empiris, dapat digunakan untuk menurunkan berat badan (pelangsing) karena mampu menghambat pertambahan berat badan serta mengurangi kelebihan lemak tubuh. Sementara itu, unsur kimia yang terkandung dalam Jati Belanda antara lain adalah triterpen atau sterol, asam fenolat, alkaloida, karotenoid, plavonoida, tanin, kafein, karbohidrat dan saponin. Namun, unsur yang paling utama adalah tanin dan musilago.
Tanin bersifat astringensia yang mampu mengendapkan mukosa protein yang ada di permukaan intestin (usus halus) yang akan mengurangi penyerapan makanan, sehingga proses obesitas dapat dihambat. Sementara itu, musilago sendiri bermanfaat sebagai pelicin atau pelumas. Jadi, daun Jati Belanda mengandung zat yang mampu membantu mengurangi berat badan serta melancarkan BAB. Pada perkembangan selanjutnya, daun Jati Belanda mampu mengikis lemak (kolesterol) dalam darah.
Agar memperoleh manfaat yang maksimal, daun yang telah diambil dari pohonnya terlebih dahulu dikeringkan sebelum disimpan. Kemudian, daun yang telah terkumpul diletakkan rapi pada tempat pengeringan. Yang perlu diingat, cara pengeringannya sebaiknya tidak di bawah matahari langsung karena dapat mengubah warna daun menjadi cokelat kehitaman. Pengeringan yang tidak benar akan mengurangi khasiat zat aktif yang dikandungnya. Selain cara di atas, daun Jati Belanda dapat dikeringkan juga dengan menggunakan oven. Selanjutnya, daun yang sudah kering digiling sampai menjadi serbuk halus dan disimpan pada wadah yang tertutup rapat.
Dalam banyak resep tradisional, agar efek farmakologinya bertambah, daun Jati Belanda biasa disandingkan dengan daun kemuning kering (Murraya paniculata [L.] Jack.), adakalanya dengan rimpang bangle (Zingiber purpureum Roxb.) atau panglai (Bhs. Sunda) atau bahan alami lainnya.

Jati Cina

Selain Jati Belanda, kita mengenal pula Jati Cina. Daun Jati Cina disebut juga sebagai Daun Sena. Herba ini sangat dikenal dalam pengobatan TCM, sebutannya adalah Fan Xie Ye. Fungsi utamanya adalah sebagai pencahar (urus-urus). Herba ini berupa daun yang dikumpulkan, kemudian dibersihkan dan dijemur hingga kering. Saat digunakan, herba ini cukup diseduh, atau kadang ada yang memilihnya direbus. Kandungan kimia alaminya adalah sennosida A,B dan C, rhein, krisophanol, asam krisophanik, aloe-emodin, emodin dan glucosida.
Dalam pandangan TCM, Jati Cina bersifat manis, pahit dan sangat dingin. Jati Cina bekerja baik pada organ atau meridian usus besar. Jati Cina berkhasiat melancarkan buang air besar. Dosis yang dianjurkan adalah 1-2 qian (3-6 gram). Bila penggunaannya 1 qian, maka insya Allah tidak menimbulkan nyeri perut, sedangkan dosis sebesar 2 qian atau lebih dapat mengakibatkan nyeri perut, mual, muntah, dan diare sekitar 2-3 jam kemudian.
Penggunaan Jati Cina harus dilakukan dengan hati-hati. Jati Cina sangat tidak dianjurkan selama kehamilan, selama menstruasi (bagi mereka yang memiliki riwayat perdarahan bera), ibu menyusui, untuk pasien lemah, atau mereka yang menderita sembelit kronis. Herba ini sebaiknya diminum di malam hari sebelum tidur, sehingga pada pagi harinya anda lancar BAB dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Apabila BAB anda berlebihan, maka kurangilah dosis atau hentikan pemakaiannya sementara. Penggunaannya pun hendaknya tidak digunakan untuk jangka panjang karena sifatnya yang sangat dingin yang bisa berdampak terganggunya pencernaan. Secara ilmiah, pemakaian jangka panjang atau berlebihan akan membuat tubuh kehilangan unsur kalium.

Anjuran Pengobatan Holistik bagi Penderita Obesitas.

Iswidarso, 74 tahun, salah seorang pengobat di daerah Kasihan Bantul, Yogyakarta, memandang bahwa terjadinya obesitas adalah akibat dari terganggunya fungsi limpa karena pola makan yang tidak benar dan teratur, kurang istirahat, kurangnya asupan air dan udara yang sehat, serta keengganan penderitanya untuk melakukan proses perbaikan tubuh secara terpadu. Sejalan dengan itu, Shinshe Pudji Hartanto dari ASPETRI (Asosiasi Pengobat Tradisional dan Ramuan Indonesia) Pusat, menyatakan bahwa hendaknya terapi obesitas senantiasa memperhatikan penguatan fungsi organ limpa, membersihkan hati/liver, dan usus besar (melancarkan BAB).
Sayangnya, sering kali terjadi salah persepsi dalam menentukan solusi obesitas. Akhirnya, penggunanya justru mengalami kurang gizi pasca diet (berlebihan), sekalipun badannya masih tetap gemuk. Atau, badan malah menjadi lebih besar dari sebelumnya akibat putus asa dengan program diet yang belum tampak hasilnya. Untuk itu, dalam menggunakan duo jati sebagaimana telah disampaikan di atas, hendaknya tetap memperhatikan faktor-faktor lainnya yang mendukung proses pemulihan.
Singkat kata, dalam menurunkan berat badan secara alami ada seninya tersendiri, harus dilakukan secara terpadu, serta tidak semata-mata menggunakan bahan alami berkhasiat obat dalam penanganannya, namun harus diiringi dengan perbaikan pola makan, pola hidup, dan pola pikir. Keterpaduan dalam terapi inilah yang menjadi salah satu kunci penyembuhan. Insya Allah, apa yang diharapkan dapat tercapai dengan baik.

Ada beberapa anjuran yang sangat pas untuk mengimbangi penggunaan ramuan herbal untuk keluhan obesitas, yaitu:
  1. Makanlah secara teratur, 3 kali sehari. Bila tubuh tidak mendapatkan pasokan makanan tepat pada waktunya, maka tubuh kita akan menggerakkan mekanisme pertahanan diri yaitu dengan menurunkan kecepatan metabolisme, akibatnya tubuh cenderung menyimpan lemak. Selanjutnya, pada waktu makan berikutnya, maka respon metabolisme tubuh menjadi lebih lambat;
  2. Nikmatilah makanan Anda dan makanlah dengan pelan-pelan. Cara ini mengandung pengertian bahwa makan dengan kunyahan yang terbaik, hingga lumat, sehingga air liur yang di dalamnya mengandung enzim pencernaan akan mampu dimaksimalkan fungsinya;
  3. Jangan langsung minum setelah makan. Beri jarak paling tidak satu jam. Ini memberi kesempatan makanan dapat dicerna dengan lebih baik;
  4. Minum yang cukup setiap hari (2 liter).
  5. Buatlah variasi pada menu makanan. Hal ini akan membuat tubuh tidak mengalami kelebihan zat tertentu;
  6. Olah raga ringan secara teratur. Yang terbaik dan murah sebenarnya adalah jalan kaki. Lakukan minimal 3 kali seminggu dengan durasi masing-masing 30 menit, lalu tambah jamnya secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan;
  7. Diet jangan hanya terfokus pada berat badan, tetapi juga pada ukuran badan, misalnya: lingkar perut, lingkar paha, dan lingkar lengan;
  8. Hindari minuman dan makanan yang dingin apalagi es. Lebih-lebih lagi bila makanan atau minuman tersebut manis, maka jenis seperti ini akan membuat kita akan lebih sering ‘tambah’ tanpa kita sadari;
  9. Bila memungkinkan, berjalanlah santai setelah makan 50–100 langkah. Cara ini banyak ditempuh oleh terapis TCM dan pemerhati kesehatan Islam pada umumnya.
Contoh Ramuan yang dapat Digunakan
  1. Daun Jati Belanda kering 5 gram ditambah air 3 gelas, rebus hingga tersisa 2 gelas. Saring dan biarkan mengendap, kemudian ambil bagian yang beningnya, lalu tambahkan madu secukupnya. Minum pagi dan sore.
  2. Daun Jati Belanda 7 lembar, daun tempuyung (Sonchus arvensis) 7 lembar, ditambah sedikit serbuk manjakani (Quercus intactoria Oliv.). Rebus dengan air 200 ml dengan api kecil hingga tersisa setengahnya (100 ml). Cukup diminum 1 kali sehari. Lakukan selama 30 hari.
  3. Jati Belanda, kayu rapet (Parameria laevigata (Juss.) Moldenke), kunir pepet (Kaempferia rotunda L.), dan kunir (Curcuma longa Linn) masing-masing 2,5 gram direbus dengan air 200 ml hingga tersisa setengahnya. Air hasil saringannya dibiarkan mengendap dan yang diminum yang beningnya saja. Minum 2 kali sehari ½ gelas. Minum sesudah makan.
  4. Jati Belanda, daun kemuning kering (Murraya paniculata [L.] Jack.), klabet (Trigonella foenoem-graecum L), dan temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) masing-masing 2,5 gram. Cara pembuatannya sama dengan nomor 3.
  5. Daun Jati Cina 1 qian diseduh dengan 150 ml air panas. Minum saat dingin.

No comments: