Mengenal Pengobatan Cara Nabi
Oleh: Abu Nafi’ Abdul Ghaffar al-Atsary
Menuju Pengobatan yang Sesuai dengan Bimbingan Wahyu
Subhanallah, Islam sesungguhnya memiliki sebuah cara pengobatan yang penuh dengan hikmah dan kearifan, yang dikenal sebagai metode Thibbun Nabawi.Metode ini bukanlah sekedar slogan atau pengakuan. Perkembangannya pun sangat pas dengan zaman dan di manapun tempatnya, karena pengobatan yang mulia ini disandarkan pada sebuah keyakinan akidah Islamiyah yang kokoh, sebagai suatu kebenaran wahyu Ilahi. Dialah Allah Ta’ala yang memiliki alam jagat raya ini. Yang menciptakannya, kemudian memelihara dan mengaturnya sesuai dengan kehendak-Nya.
Dikisahkan di dalam Al-Qur’an tentang ucapan Nabi Ibrahim ‘alaihis sallam:
وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ (٨٠)
“Apabila aku sakit, maka Allahlah yang menyembuhkanku.” (QS. asy-Syu’ara: 80)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman tentang perkataan nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam:
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (٣)إِنْ هُوَ إِلا وَحْيٌ يُوحَى (٤)
“Dan tidaklah Muhammad itu berbicara dari hawa nafsunya, ucapannya hanyalah wahyu yang diwahyukan.” (QS. an-Najm: 3-4)
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, dari
sahabat Abu Hurairah radiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah menurunkan suatu penyakit, melainkan Dia menurunkan pula obatnya. Obat itu akan diketahui oleh orang yang bisa mengetahuinya (dengan hidayah ilmu pengobatan), dan tidak diketahui oleh orang yang tidak bisa mengetahuinya (yang tidak diberi hidayah ilmu). Apabila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya, maka dia akan sembuh dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Kemudian, seiring dengan perubahan waktu, fakta sejarah mengalami pergeseran. Perkembangan ilmu kedokteran dan pengobatan saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Begitu banyak metode pengobatan ditemukan. Bahkan, banyaknya penemuan baru di bidang pengobatan serasa memberikan angin segar bagi kita. Aneka ragam diagnosis dan analisis dengan peralatan yang canggih, operasi bedah, penyinaran, bahkan metode bayi tabung pun bermunculan. Akan tetapi, pada kenyataannya masih banyak jenis penyakit yang belum ditemukan solusinya oleh ilmu kedokteran.
Seiring bergulirnya waktu dan berkembangnya era informasi yang telah mengasah kecerdasan masyarakat secara umum, maka kondisi ini membuat kaum muslimin mempunyai keinginan kuat untuk mengagungkan kembali tuntunan Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam rangka mencapai kesembuhan lahir dan batin.
Subhanallah, Maha Suci Allah Subhanahu wa Ta’ala. Inilah bukti bahwasanya ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang pasti akan terlaksana, tiada yang dapat menolak dan mengubah takdir-Nya, dan Dialah Allah asy-Syafi, yang Maha menyembuhkan dengan penuh rahmat.
Thibbun Nabawi
Istilah Thibbun Nabawi tidaklah dikenal pada masa kenabian Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Istilah ini baru dimunculkan pertama kali oleh para ahli kedokteran pada abad ke-13 M untuk memudahkan klasifikasi ilmu kedokteran, yang merupakan integrasi dari berbagai ilmu kedokteran. Salah satu kitab yang menjadi rujukannya adalah Zaadul Ma’ad karya al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah (691-751 H / 1282-1372 M).Makna thibb dalam Bahasa Arab memiliki beberapa makna, yaitu: “perbaikan, kemahiran (haadziq) atau dimaknakan pula dengan sihir.”
Wazan tashrifnya pada sinonim kata thibb adalah: thabba – yathubbu –yathibbu-thabban, daawaa yudaawii. Thabiib adalah ‘aalimun bil ilaaj dari ‘aalaja yu’aaliju, tathabbaba-yatathabbabu, dan tadaawaa-yatadaawaa. Seseorang pekerja yang mengobati adalah fa’il thibb (pelaku pengobatan) dan disebut thabiib, jamaknya adalah athibba’, atau dinamai juga sebagai mu’aalij. (sumber: Zaadul Ma’ad, Mukhtarus shihah, harfu tha’, oleh Muhammad bin Abu Bakar ar-Razi) dan kamus Al-Munawir, Arab-Indonesia).
Dan setiap orang yang cakap-pandai (haadziq) dalam bidang ini, dikenal dalam Bahasa Arab dengan istilah thabib.
Sementara itu, Ibnul Qayyim rahimahullah menyatakan:
“Adapun Thibb secara istillah adalah sebuah ilmu untuk mengetahui kondisi–kondisi badan manusia dan aspek kesehatannya maupun apa yang hilang/berkurang darinya (tubuh) untuk memelihara kesehatan yang ada dan mengembalikan yang hilang.” (Thibbun Nabawi, Ibnul Qayyim, hal 11-12).
Lebih lanjut beliau rahimahullah telah menjabarkan:
“Metode pengobatan nabawi tidak sebagaimana pengobatan (lahiriah, ed.) yang dilakukan oleh dokter, akan tetapi Thibbun Nabawi ini bersifat pasti, qath’i dan Ilahi, yang bersumber dari wahyu pelita kenabian dan kesempurnaan akal. Adapun pengobatan cara lain kebanyakannya adalah berlandaskan pada perkiraan, dugaan, dan percobaan–percobaan.”
“Kemujaraban Thibbun Nabawi akan dirasakan manfaatnya secara hakiki bagi jiwa yang menerima, tunduk dengan penuh percaya dan yakin akan memperoleh kesembuhan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pengobatan Thibbun Nabawi hanya cocok bagi jasmani yang baik sebagaimana penyembuhan dengan Al-Qur’an tidak akan cocok kecuali bagi ruh yang sifatnya baik dan hati yang hidup. Hal-hal tersebut bukanlah disebabkan karena kekurangan pada obat, namun lebih disebabkan buruknya karakter, rusaknya tempat dan tidak adanya penerimaan.” (Thibbun Nabawi, Ibnul Qayyim, hal 11-12).
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلا خَسَارًا (٨٢)
“Dan kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang
menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan Al-Quran
itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. al-Isra: 82)
Dalam hal pengobatan dapat dipahami bahwa seseorang yang mempunyai
ilmu, keyakinan, ketundukan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tumbuh
dari jiwa yang bersih, karakter yang bagus, memiliki hati yang hidup,
maka dirinya akan menuai buah nyata berupa mustika kesembuhan dari
Thibbun Nabawi ini.Insya Allah bersambung ke bagian 2 …
No comments:
Post a Comment